Perusahaan Penghasil Produk dengan Kemasan Mulai Lirik Konsep Circular Economy

PRAISE (Packaging and Recycling Alliance for Indonesia Sustainable Environment) menyatakan melalui pendekatan circular economy, material kemasan bekas pakai seperti halnya plastik kemasan, dapat terus dipertahankan nilainya serta dimaksimalkan penggunaannya. Foto: greeners.co/Danny Kosasih
----------------------------------------------------------------------------------------------------


Konsep Circular Economy merupakan sebuah upaya kolaboratif yang harus melibatkan peran dan fungsi dari setiap pemangku kepentingan yang menangani permasalahan persampahan. PRAISE, sebuah aliansi yang lahir dari komitmen bersama untuk menjaga keberlanjutan lingkungan melalui praktik terbaik pengelolaan sampah kemasan yang berkelanjutan, mengakui bahwa permasalahan sampah kemasan khususnya adalah permasalahan yang tidak mudah untuk diselesaikan.

Oleh karenanya, PRAISE (Packaging and Recycling Alliance for Indonesia Sustainable Environment) sebagai sebuah aliansi yang terdiri dari beberapa perusahaan besar penghasil produk dengan kemasan seperti PT COCA-COLA Indonesia, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Nestle Indonesia, PT Tetra Pak Indonesia, PT Tirta Investama dan PT Unilever Indonesia mengaku telah memfokuskan diri agar dapat menjadi mitra pemerintah dalam memetakan pengelolaan sampah melalui kerangka kerja tanggung jawab para pihak yang diperluas (Extended Stakeholder Responsibility/ESR Framework).

Dalam acara Circular Economy Forum yang berlangsung Rabu (12/07) di Jakarta, perwakilan PRAISE Sinta Kaniawati mengatakan bahwa melalui pendekatan circular economy, material kemasan bekas pakai seperti halnya plastik kemasan, dapat terus dipertahankan nilainya serta dimaksimalkan penggunaannya melalui proses daur ulang (recycling), penggunaan kembali (reuse) maupun produksi ulang (remanufactured).

Circular economy model ini mencoba kembali menghubungkan materi yang sudah menjadi sampah untuk kembali menjadi bahan baku bagi perusahaan-perusahaan barang kemasan. Ini pendekatan yang coba kita diskusikan bersama pemerintah. Untuk kami komitmennya sangat jelas, semua yang kami gunakan sebagai bahan baku kemasan harus bisa kembali digunakan menjadi apapun bentuk yang berdaya guna,” ujar Sinta.

Menurut Sinta sejak lima tahun terakhir, kalangan dunia usia yang tergabung dalam PRAISE telah memulai upaya menuju praktik kemasan yang berkelanjutan. Berbagai inovasi kemasan yang berdaya guna ulang (sustainable packaging) telah dilakukan seperti pengurangan berat (gram) pada bobot kemasan.

Ia juga menekankan bahwa pendekatan circular economy hanya akan berhasil jika mengandalkan inovasi produk dengan pengelolaan yang baik untuk memastikan nilai guna sebuah material dapat tetap optimal untuk jangka waktu yang maksimal.

“Sistem ini jika diimplementasikan akan menjadi sebuah solusi yang berkelanjutan, karena tidak hanya berbicara tentang penyelamatan lingkungan, namun juga penciptaan nilai tambah bagi ekonomi baru serta memiliki nilai tambah sosial dengan memberikan pemberdayaan bagi masyarakat,” tuturnya.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan mengatakan bahwa penyelesaian permasalahan sampah di Indonesia harus dilakukan secara terintegrasi dan tidak bisa sendiri-sendiri. Dibutuhkan keterlibatan semua pihak baik masyarakat, pemerintah, industri maupun pihak swasta. Ia sendiri mengapresiasi sistem circular economy yang mampu mengaitkan keterlibatan semua pihak agar lebih terintegrasi, bahkan menciptakan nilai tambah secara ekonomi pada sampah atau barang bekas pakai.

“Ini bagus ya. Inovasi-inovasi memang harus dilakukan. Saya sudah janjian dengan PRAISE ini dan minggu depan kita akan bertemu untuk berbicara lebih lanjut soal pengelolaan sampah yang terintegrasi,” kata Luhut.

SUMBER

Tinggalkan komentar