Mengolah Sampah Bagian dari Ibadah

Mataram (Suara NTB) – Agama Islam mengajarkan bahwa kebersihan merupakan bagian dari pada iman. Praktik-praktik pengolahan sampah yang dilakukan demi merawat kebersihan ialah bagian dari ibadah. Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Haramain di Desa Narmada, nampaknya mempunyai strategi yang tepat dalam hal pengelolaan sampah.

Belasan kwintal sampah yang diproduksi setiap bulan, mampu dimusnahkan melalui proses pengolahan. Sampah-sampah itu, dibakar dalam sebuah tungku raksasa secara rutin setiap hari. Tungku raksasa tersebut mampu menampung 1,5 ton sampah dalam proses pembakaran sehari-hari. Sampah yang dijejalkan ke dalam lubang tungku merupakan sampah yang diproduksi sehari-hari baik dari pondok putra maupun putri.

“Asap yang dikeluarkan, tidak menjadi polusi yang terlalu berbahaya. Ketimbang kita biarkan sampahnya bertumpuk dan menguapkan gas-gas yang lebih berbahaya,” tegas TGH. Hasanain Juaini, Pemimpin Ponpes Nurul Haramain, Jumat, 31 Maret 2017.

Usai dibakar, arang dan abu hasil pembakaran tersebut akan diolah. Selain mengambil besi-besi yang masih bisa dijual, abu pembakaran tersebut nantinya akan dibuat menjadi pupuk kompos. Akan tetapi, karena alasan material bahan baku pembuatan kompos itu berasal dari berbagai jenis, pihaknya belum berani mengalokasikannya untuk memupuk tanaman yang sifatnya berbuah. Pupuk kompos yang diciptakan, masih digunakan untuk menyuburkan pohon-pohon kayu yang sengaja ditanam dengan tujuan penghijauan.

Pola penanganan sampah dengan proses pembakaran itu, diakuinya memang belum begitu ideal. Akan tetapi, ia berpendapat bahwa proses yang dilakukan itu merupakan tindakan paling realistis dalam mencegah penumpukan sampah. Terlebih, pihaknya juga tidak ingin menghadapi risiko baru saat membiarkan sampah bergunung-gunung dan juga berbau.

Setidaknya, ada tiga prinsip dasar dalam pengelolaan sampah yang harus dijadikan panduan. Ketiga prinsip tersebut ingin ditanamkan kepada setiap individu agar suatu daerah tidak terus dibelit dengan persoalan sampah. Masalah sampah akan menjadi sangat akut ketika semua pihak merasa acuh. Namun demikian, masalah ini dapat diatasi dengan enteng ketika semua elemen masyarakat memang bersatu-padu.

“Konsep dasarnya adalah sampah itu harus selesai sesegera mungkin (ditangani, red), sampah itu harus diselesaikan di tempatnya diproduksi, kemudian mereka yang memproduksi sampah itu adalah orang yang paling bertanggungjawab atas pengolahan sampah tersebut. Ini tiga konsep dasar ini tidak boleh ditabrak,” jelasnya.

Hasanai berpendapat, sampah merupakan sesuatu yang pasti. Ia memprediksi satu Kepala Keluarga biasanya akan memproduksi sampah seberat 0,6 kg per hari. Jalan keluar membangun tungku pembakaran sampah di tiap-tiap kelurahan dipandang menjadi solusi paling murah dalam hal mengatasi masalah sampah. Dengan adanya tungku tersebut, satu ton sampah hanya membutuhkan dana sebesar Rp 282 ribu, sebagai anggaran pengolahannya.

Bila dibandingkan dengan tradisi lama terkait penanganan yang dilakukan, sampah dari berbagai lingkungan di tiap-tiap kelurahan tertumpuk sedemikian rupa. Setelah itu, akan datang petugas kebersihan yang membawa armada pengangkut sampah. Biaya pemindahan sampah dari tiap-tiap kelurahan menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tentu tidak sedikit. Selain honor bagi petugas, akan ada cost tetap yang wajib dianggarkan terutama biaya bahan bakar kendaraan pengangkut sampah yang beroperasi sehari-hari.

“Sangat memungkinkan jika ada tungku pembakaran di tiap-tiap kelurahan. Ini bisa menjadi solusi paling murah dalam hal pengelolaan dan pengentasan masalah sampah. Sampah adalah musuh terbesar yang harus segera dimusnahkan. Selama ini, kita terlalu keenakan dan membiarkan sampah yang diproduksi sehari-hari bertumpuk-tumpuk di TPA,” sentilnya.

Pemerintah didorong agar meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengolah sampah. Selain dapat meraih keuntungan dari hasil pengelolaan, strategi ini juga dapat menjadi langkah menciptakan lingkungan yang asri bersih dan bebas dari sampah. (met)

SUMBER

Tinggalkan komentar