Indonesia tercatat sebagai penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia. Pencegahan dari hulu disebut sebagai solusi terbaik mengurangi pencemaran itu. (ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah)
Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) saat ini masih mengkaji solusi terbaik untuk menangani sampah plastik di perairan Indonesia.
Kepala Pusat Standarisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan KLHK Noer Adi Wardojo mengatakan, sampah plastik bermuara ke laut akibat fenomena alam seperti banjir.
“Artinya sampah plastik yang tercecer terbawa hujan ke sungai lalu ke laut,” kata Adi di Jakarta, Selasa (15/11).
Manurut Adi, pencegahan yang difokuskan di hulu adalah solusi paling tepat untuk mencegah sampah hanyut ke laut. “Kalau tidak diselesaikan dari sumbernya, persoalan tidak akan selesai,” tuturnya.
Indonesia berada di bawah China yang memproduksi sampah ke laut hingga 262,9 juta ton. Urutan ketiga hingga keenam diduduki Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka.
Februari lalu, Dirjen Pengelolan Sampah, Limbah, dan B3 KLHK Tuti Hendrawati Mintarsih memperkirakan total sampah plastik Indonesia pada 2019 akan mencapai 9,52 juta ton atau 14 persen dari total sampah yang ada.
Menurutnya, target pengurangan timbunan sampah secara keseluruhan sampai dengan 2019 adalah 25 persen, sedangkan 75 persen penanganan sampahnya dengan cara ‘composting’ dan daur ulang bawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
“Sampah kita komposisi utamanya 60 persen organik, plastiknya 14 persen,” ujar dia.