Sejenis udang kecil bernama krill muncul sebagai senjata rahasia dalam mengatasi sampah plastik di laut. Hasil penelitian soal krill telah dipublikasikan oleh Nature Communications. Ini juga bagian dari penelitian Amanda Dawson dari Universitas Griffith di Australia. Penelitian dilakukan di akuarium Krill milik Australian Antartic Division (AAD) yang berada di Hobart, Tasmania.
1. Sistem pencernaan krill bisa mengurai plastik
Lewat sistem pencernaannya, biota dalam rantai makanan paling bawah ini ternyata bisa mengurai plastik berukuran mikro menjadi ukuran nano. Dawson mengatakan ia juga sangat terkejut dengan hasil tersebut. Sehingga, pengujian lebih lanjut terus ia lakukan untuk menguatkan penemuannya.
“Yang paling signifikan, kita memberi makan krill dengan plastik baru. Jadi kalau krill bisa mengurai plastik baru, bagaimana jadinya dengan plastik bekas?”, ujarnya.
Namun, Dawson mengungkapkan jika butuh lebih banyak penelitian dan data yang untuk menguji efektifitas krill. Salah satu pakar krill, Rob King, mengatakan sekitar 500 juta ton krill berada di Samudra Selatan. Makhluk berukuran 1-2 centimeter ini tiap harinya menyaring 86 liter air laut.
“Semua plastik di laut pada akhirnya akan terurai, krill hanya mempercepat prosesnya,” tutur Rob. “Hal ini menjadi filter besar yang mengurai plastik.”
2. Tetap ada peluang terbentuknya racun
Kajian juga meliputi dampak lebih lanjut dari hasil penemuan tersebut. Sebagian pihak menanyakan soal ada atau tidaknya efek samping dari hasil pencernaan krill saat mengurai sampah.
Rob mengatakan, racun yang dihasilkan lewat rantai makanan kemungkinannya tetap ada. Sehingga penelitian lebih lanjut akan dilakukan oleh AAD. “Ini adalah sesuatu yang ingin kami coba dengan beberapa spesies lain. Pertama, kita perlu mendapatkan kapal dan menjalankan sistemnya,” ujar Rob.
3. Manusia tetap jadi faktor utama
Para tim peneliti hingga kini masih mencari peluang adanya hewan jenis krustasea lainnya yang punya kemampuan serupa. Penemuan tersebut punya kesempatan besar, mengingat mereka punya mekanisme penguraian yang mirip saluran pencernaan.
Namun, terlepas dari terobosan dan solusi alternatif yang diungkapkan para peneliti, kita sebagai manusia tetap punya andil utama dalam permasalahan sampah. Misalnya seperti tidak menyumbang sampah plastik di laut lebih banyak lagi, atau turut serta mengatasi permasalahan sampah.
Semuanya bisa dimulai dari langkah sederhana. Bertanggung jawab dengan sampah yang dihasilkan dengan tak buang sampah sembarangan. Selanjutnya, kita harus menularkan kebiasaan kecil ini kepada lingkungan sekitar.