Sampah plastik yang dibuang ke laut, bukan hanya merusak ekosistem laut, tetapi juga mengancam kesehatan masyarakat. Micro plastic yakni hasil pelapukan sampah plastik, yang termakan ikan, bisa menyebabkan penyakit kanker jika ikan itu sampai dikonsumsi manusia.
Menurut Sekretaris Ditjen Pengelolaan Ruang Laut Agus Dermawan, sampah yang masuk ke laut (marine debris), umumnya mengandung banyak plastik dan logam. Keduanya mengalami proses pelapukan dan penguraian yang cukup lama yaitu 50 – 400 tahun.
Micro-plastic, katanya, dapat terkonsumsi oleh ikan kecil dan ikan sedang. Juga predator yang selanjutnya masuk ke dalam rantai makanan (food chain).
Micro-plastic yang dimakan oleh ikan dikhawatirkan menjadi salah satu sumber racun karsinogen. Racun itu berpotensi masuk ke dalam rantai makanan (food chain) yang akan dikonsumsi oleh manusia.
“Dalam jangka panjang, akumulasi dari micro-plastic ini bisa berubah menjadi racun yang dapat menimbulkan penyakit yang serius bagi manusia dan keturunannya, “ kata dia.
Kekhawatiran tersebut diperkuat dengan adanya penelitian Universitas Hassanudin pada tahun 2015. Penelitian dlilakukan terhadap 76 ikan dari 11 spesies.
“Hasilnya terbukti 28% ikan tersebut memakan micro-plastic ukuran 0.1–1.6 milimeter di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Poutere, Makassar,” papar Agus.
Penelitian serupa juga dilakukan University of California, Davis (UC Davis). Penelitian dilalukan terhadap 64 ikan dari 12 spesies dan 12 kerang-kerangan
“Hasil penelitian terbukti 67% ikan dan 25% kerang-kerangan tersebut memakan micro-plastic ukuran 0.3 – 5.9 mm di Pasar Ikan Halfmoon Bay, California,” kata Agus.
Padahal, lanjutnya, akumulasi dari sampah plastik di perairan pesisir dan laut Indonesia, telah mengalami proses pelapukan dan terurai menjadi micro-plastic.
Peringkat ke-2 dunia
Sementara, berdasarkan laporan dari Bank Dunia Tahun 2015, diketahui bahwa marine debris yang didominasi oleh sampah plastik di Indonesia diperkirakan menduduki peringkat ke-2 di dunia. Jumlahnya sekitar 1,29 juta metrik ton per tahun, setelah Tiongkok yang sebanyak 3,53 juta metrik ton per tahun.
“Bisa dibayangkan, betapa besar ancaman terhadap kesehatan warga Indonesia akibat mengonsumsi ikan yang mengandung micro plastic,” kata dia.
Bagi ekosistem laut sendiri, dampak sampah sangat luar biasa merusak. Sampah yang terbawa ke laut, menutupi koloni terumbu karang yang merupakan habitat ikan. “Akibat tertutup sampah, terumbu karang mati sehingga tidak ada lagi ikan yang hidup,“ kata dia.
Menurutnya, melalui Gerakan Cinta Laut, Kementrian Kelautan dan Perikanan berupaya menanamkan rasa kepedulian masyarakat untuk menjaga kelestarian laut serta menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap budaya bahari sebagai jati diri bangsa maritim.
Sementara itu, Ketua Komisi VII DPR RI Herman Khaeron mengungkapkan, untuk mengatasi permasalahan sampah plastik yang masuk ke laut, diperlukan upaya yang terintegrasi antara berbagai kementerian atau lembaga di pusat dan pemerintah daerah, dunia usaha serta masyarakat.
“Kami di Komisi VII mendorong agar program-program pemerintahkan lebih diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat. Dimana masyarakat ikut peduli atas situasi dan kondisi di lingkungannya. Jangan semua urusan diserahkan kepada pemerintah, “ kata dia.***