Sejak diadopsi oleh Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 2010 sebagai program pemerintah, Bank Sampah lambat laun memperlihatkan keberhasilannya. Program yang awalnya bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah yang dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA), kini berubah menjadi sumber ekonomi masyarakat dan menghasilkan omzet miliaran rupiah.
Bank Sampah didorong oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai program untuk memilah dan mengolah sampah di sumbernya. Konsistensi ini terlihat dari diadakannya Rapat Koordinasi Nasional Bank Sampah setiap tahun untuk mewadahi komunikasi dan silaturahmi nasional para pelaku Bank Sampah di seluruh Indonesia.
Praktisi Bank Sampah Wilda Yanti mengatakan bahwa Bank Sampah memiliki dua sisi yang harus berjalan beriringan, yakni sisi ekonomi dan sisi lingkungan. Tujuan utama dari Bank Sampah adalah untuk menyelamatkan lingkungan dengan mengedukasi masyarakat agar memilah sampah di sumber. Selain itu Bank Sampah juga memiliki nilai ekonomi untuk masyarakat, di mana sampah yang dipilah dan dikumpulkan oleh masyarakat kemudian dihargai uang oleh Bank Sampah.
“Bank Sampah adalah suatu metode yang masih sangat efektif di Indonesia dalam mendidik masyarakat untuk memilah sampah. Sebenarnya nilai ekonomi itu hanya poin plus saja. Karena bisa membantu keuangan keluarga dalam hal membayar listrik atau air, masyarakat pun jadi mau ikut berpartisipasi. Artinya nilai ekonomi ini memotivasi masyarakat,” ujar Wilda kepada Greeners di Jakarta, Selasa (26/02/2019).
Baca juga : Mesin Pres Sampah
Wilda menekankan konsep pengelolaan Bank Sampah adalah semakin masyarakat teredukasi tentang pengelolaan sampah, sampah yang dihasilkan akan berkurang. Karena kesadaran masyarakat semakin bertumbuh, nantinya nilai ekonomi sampah akan dikesampingkan.
“Edukasinya diperluas sehingga nilai pengelolaan sampah diatur secara ekonomi yang layak. Hal ini terkadang membuat salah persepsi teman-teman yang lain. Ada kekhawatiran jika mengelola sampah, semakin banyak menghasilkan sampah. Tujuan awalnya kan tetap untuk pengurangan sampah dan masyarakat bisa memilah sampah,” katanya menegaskan.
Menurut data KLHK, dalam empat tahun terakhir jumlah Bank Sampah meningkat signifikan dari 1.172 unit menjadi 7.488 unit. Peningkatan ini berkontribusi terhadap pengurangan sampah nasional sebesar 1,7% (1.389.522 ton/tahun) dengan pendapatan rata-rata sebesar Rp. 1.484.669.825 per tahun.
Wilda mengatakan bahwa sangat mungkin Bank Sampah mendapatkan omzet miliaran rupiah. Tentunya keuntungan yang besar tersebut memiliki sistem manajemen pengelolaan Bank Sampah yang sangat baik. Pasalnya, masih banyak Bank Sampah yang mengalami kebangkrutan karena sistem manajemen yang tidak baik.
Baca juga : Mesin pencacah Plastik
Salah satu Bank Sampah yang sukses dan memiliki omzet miliaran rupiah ialah Bank Sampah Induk (BSI) Satu Hati yang berada di Jakarta Barat. Berdiri sejak April 2017 hingga saat ini, BSI Satu Hati berhasil mendapatkan omzet sebesar Rp7,2 miliar.
“Omzet itu bukan pemasukan kas tapi uang yang berputar dan yang dinikmati oleh masyarakat Jakbar, di mana setiap minggunya rata-rata yang dihasilkan oleh BSI Satu Hati senilai Rp12-15 juta. Keberhasilan ini pun karena pada Agustus 2017 kami melakukan penandatanganan MOU dengan Bank BNI dan Danone yang masih berjalan sampai saat ini,” ujar Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kota Jakarta Barat Edy Mulyanto.
Ia mengatakan dengan bekerjasama bersama Bank BNI, seluruh keuangan dikelola oleh sistem perbankan. Jadi ketika masyarakat menabung sampah ke 662 Bank Sampah Unit (BSU) yang tersebar di seluruh Jakarta Barat, nilai tukar berupa dana nantinya akan dimasukkan ke dalam rekening bank milik masing-masing masyarakat.
“Sistem manajemen kita kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah. BIS Satu Hati bisa dijadikan percontohan oleh Bank Sampah yang lain. Kami juga berhasil mengurangi sampah anorganik yang dibuang ke TPA Bantar Gebang sebanyak 3.780 ton,” ujarnya.
Tema Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2019 yaitu Kelola Sampah Untuk Hidup Bersih, Sehat dan Bernilai. Bank Sampah diharapkan menjadi upaya penyelamatan lingkungan dan membuat sampah bernilai ekonomi untuk masyarakat.