AKARTA – Memasuki bulan suci Ramadan 1438 Hijriah, volume sampah di Jakarta naik hingga 4 persen dari 7.000 ton per hari normalnya. Kenaikan produksi sampah terjadi akibat adanya perubahan pola makan masyarakat saat bulan puasa.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan DKI Jakarta, Isnawa Adji mengatakan, memasuki Ramadan ada peningkatan jumlah sampah yang diproduksi masyarakat Jakarta dibanding hari biasanya. Volume sampah di Ibu Kota rata-rata per hari antara 6.700 sampai 7.000 ton.
Namun, di pekan pertama Ramadan jumlah produksi sampah meningkat 1.400 hingga 2.800 ton atau sekira 2 hingga 4 persen dari hari biasa. Jenisnya masih didominasi sampah rumah tangga sebesar 57 hingga 60%.
“Rata-rata peningkatannya enggak terlalu signifikan, nambah 2 sampai 4 persen. Seiring hari kelima sampai minggu ketiga, (diperkirakan) stabil lagi,” kata Isnawa kepada Okezone, Senin (5/6/2017).
Isnawa melanjutkan, peningkatan jumlah di awal Ramadan terjadi karena masyarakat Jakarta masih melakukan penyesuaian pola makan, yang mempengaruhi total produksi buangan.
Sementara memasuki pekan kedua Ramadan, jumlah volume sampah kembali normal. Pasalnya, ibadah puasa sesungguhnya hanya menggeser jam makan sehingga jumlah sampah relatif tidak berubah.
“Mereka kan hanya mengubah pola makan, sahur, makan pagi dan makan siang digabung pada sata berbuka,” lanjutnya.
Isnawa memperkirakan, jumlah produksi sampah akan mengalami penurunan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Berdasarkan pengalaman dari tahun-tahun sebelumnya, volume sampah akan menurun mulai H-6 Lebaran, sebab banyak warga Ibu Kota yang mudik ke kampung halaman masing-masing.
Puncak penurunan jumlah sampah biasanya terjadi pada hari Lebaran, hingga 70 persen atau hanya menyisakan 2.000 ton sampah saja per hari.
“Pantauan kami sejak 2 tahun lalu, di Bantargebang yang biasanya sehari sampai 7.000 ton, di titik tertentu pada saat hari lebaran hanya 2.000 per hari,” jelas Isnawa.
Penurunan yang siginfikan biasanya berlangsung hingga H+5 Lebaran. Memasuki H+10 lebaran, jumlah sampah di Ibu Kota akan kembali normal seiring dengan warga Jakarta yang kembali dari aktivitas mudik.
“Yang pasti pada saat H-6 trennya sudahh mulai menurun, H+7 (lebaran) mulai naik, H+10 sudah normal lagi. Tapi kita tetap stanby,” tutup Isnawa.