
Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia masih terus dilakukan dengan rupa-rupa kegiatan. Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) misalnya. Pada
RAMAH LINGKUNGAN: Annisatul Fauzia (kiri) dan Irna Khasanah membuat lubang biopori. (Hanung Hambara/Jawa Pos/JawaPos.com)
Menurut Mokhamad Yahya, koordinator lapangan Enviro Day Ramadhan, masyarakat wajib meningkatkan kesadaran akan kelestarian alam dan lingkungan. ”Melalui acara seperti ini, kami harap bisa menumbuhkan kepedulian masyarakat untuk membuang sampah secara semestinya dan mau menjaga keindahan lingkungan,” ujar Yahya.
Bukan hanya mahasiswa. Ikut juga komunitas pegiat lingkungan, yakni Earth Hour (EH). Hadirnya komunitas lain diharapkan bisa menjadi rekanan sevisi soal peduli terhadap lingkungan. ”Nanti bisa bikin agenda bersama-sama,” kata Imron Romanza, ketua panitia Enviro Day Ramadhan. Dia optimistis mahasiswa bisa menjadi agent of change dalam menghadapi Sidoarjo Zero Waste 2018.
Presiden BEM Unusida Muhammad Zakaria Dimas Pratama menambahkan, pihaknya meyakini ke depan lebih banyak kegiatan yang berbasis bakti lingkungan. Enviro Day Ramadan merupakan salah satu program edukasi dan praktik langsung tentang kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan. ”Semoga makin inovatif dan progresif lagi setelah ini,” pungkasnya.
Di sisi lain, Peluh Annisatul Fauzia menetes dari keningnya. Sesekali Annisa menyeka keringatnya dengan jilbab. Senin (19/6) Annisa dibantu Irna Khasanah membuat lubang biopori di Dusun Cangkringan, Desa Cangkringsari, Sukodono. Mereka adalah peserta program Syiar Ramadan dan Bakti Masyarakat yang diadakan Unik Kegiatan Khusus (UKK) Pramuka Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA).
Selain Annisa dan Irna, ada 78 peserta lain yang mengikuti kegiatan tahunan UKK Pramuka UINSA tersebut. Program bakti masyarakat yang mereka lakukan kali ini lebih merujuk pada tema kepedulian lingkungan. Mulai pembuatan lubang biopori, penanaman ratusan bibit pohon, sampai sosialisasi pemanfaatan biopori untuk penggemburan tanah. Seluruh agenda itu dilakoni para peserta selama seminggu hingga Jumat (23/6).
Ketua Panitia Syiar Ramadan dan Bakti Masyarakat Abdurahman Marzuki mengatakan, program tersebut terselenggara sejak 2013. ’’Kami melakukan survei dan di sini layak menjadi desa binaan,” ungkapnya. Kondisi lahan yang bisa ditumbuhi tanaman serta peran aktif masyarakat menjadi pertimbangan penyelenggaraan acara di wilayah tersebut.
Hingga hari itu, sudah ada 421 lubang biopori yang dibor dan diisi sampah organik. Mayoritas sampah tersebut berasal dari dedaunan kering bercampur sisa makanan yang akan membusuk menjadi kompos. ’’Targetnya, ada 500 lubang biopori,” terang Rahman. Untuk penghijauan, rencananya peserta menanam pohon jambu dan sirsak. ’’Totalnya 350 bibit pohon yang ditanam,” imbuhnya.
Dengan progres tersebut, Pembina UKK Pramuka UINSA Jainuddin beserta Kepala Desa Cangkringsari Ali Fikri berencana untuk membuat program desa ekowisata. Jika pohon buah yang ditanam tumbuh dengan baik, bukan hanya warga yang bisa menikmati hasilnya. ’’Nanti bisa dikelola bersama untuk jadi wahana belajar lingkungan,” ujar Ali. Dia mengatakan akan terus berkonsultasi dengan pembina dan melebarkan wilayah penghijauan.