Sejumlah 13 kelompok mahasiswa Desain Komunikasi Visual Sekolah Tinggi Teknologi Bandung membuat karya dengan pendekatan desain eksperimental. Karya mereka tersuguh dalam pameran bertajuk “Manusiawi” di Gedung Indonesia Menggugat, Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Bandung, 2-4 Februari 2019.
Ketua pelaksana pameran Muhamad Rizky Zidan mengatakan, tampilan karya memuat ajakan, sindiran, serta tawaran solusi bagi masyarakat perihal sampah.
“Gagasan itu timbul dari inisiatif kami, terpoles dengan bimbingan dosen. Kami merespons kondisi beberapa titik di Kota Bandung yang memiliki persoalan limbah domestik, maupun industri. Ada sebagian kalangan masyarakat yang abai akan kondisi lingkungan di sekitarnya,” kata Rizky saat dijumpai di lokasi pameran, Minggu, 3 Februari 2019.
Kelompok yang terdiri atas M Rifal, Eka Prasetya, Sigit Kurniawan, Rizqi Naufal menyuguhkan karya “Air Freshener Matic Cibuntu Tofu”, memuat potret situasi wilayah Cibuntu sebagai sentra produksi tahu. Aktivitas industri rumahan di lokasi tersebut memunculkan limbah cair dengan bau menyengat.
M Rifal dan kawan-kawan menawarkan solusi kepada masyarakat, dan pelaku industri tahu dalam mengatasi limbah cair, mengubah menjadi biogas. Sebagai simulasi pengolahan limbah cair menjadi biogas, M Rifal dan kawan-kawan menggunakan alat pengharum ruangan.
Kritik terhadap kalangan perokok yang membuat puntung di pot mengisi narasi karya “Vas Bunga, atau Asbak” dari kelompok beranggota Arbi Adiguna Pratama, Andini Yudistyaningrum, Dewi Vira Puspa, Osa Mega Silvia. Mereka mengumpulkan banyak puntung yang sebagian di antaranya merupakan objek temuan di Terminal Leuwipanjang, kemudian meletakkan di dalam vas bunga.
Melalui karyanya, mereka ingin menunjukkan pesan, perilaku membuang puntung sembarangan menimbulkan dampak negatif, di antaranya, mengganggu estetika lingkungas.
Parodi atas kondisi penuh sampah di Pasar Induk Caringin tampak pada karya kelompok yang terdiri atas Rifka Sarifatul Alwiyah, Muhammad Rizky Zidan, Ahmad Rizal, Mochamad Rizky, berjudul “Ingin Berkaraoke”. Mereka membuat sejumlah videoklip karaoke lagu anak-anak dengan tampilan latar kondisi nyata Pasar Induk Caringin.
Semangat daur ulang menjadi usungan pesan beberapa karya, di antaranya “Daur Ulang Karangan Bunga” (1 m x 1,5 m), “Aksesoris”, “Ashoe Branding”, “Fosil Masa Depan”. Kelompok yang membuat karya tersebut terkesan hendak menerbar ajakan kepada masyarakat agar mengolah limbah domestik sebagai bahan pembuatan kerajinan tangan bernilai ekonomi.
Terpajang sejumlah karya lain, “PISAHKAN”, “Batas Berimbas”, “Ciroyom-ku Dulu, dan Sekarang”, “Realita Tanpa Upaya”, “Merangkai Kata”, serta “Sound of Inhoftank”. Setiap karya para mahasiswa berlandaskan studi empiris.
Apresiator dapat melihat data studi para mahasiswa dengan memindai kode batang yang menempel di dekat pajangan karya.
Pameran terselenggara dalam rangka memenuhi ujian mata kuliah Teknik Pameran. Selain membuat karya, acara menjadi ajang bagi para mahasiswa menimba pengalaman mengatur teknis penyelenggaraan pameran.