Tempat Sampah Terpadu Belum Beroperasi, Pemilah Ikut Simulasi

Upaya meningkatkan fasilitas pengolahan sampah terus dijalankan. Yang terbaru, telah didirikan hanggar tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di Desa Tambakrejo, Waru. Lokasinya tidak jauh dari Balai Desa Tambakrejo yang merupakan tanah kas desa (TKD). Rencananya, sekitar 5 hektare lahan disiapkan untuk pembangunan TPST kawasan yang bernama Guna Lestari tersebut.

Susunan kepengurusan dan tenaga pemilah sudah dibentuk. TPST itu diharapkan menjadi ujung tonggak yang solutif dalam pengolahan sampah di Kecamatan Waru. ’’Memang yang utama untuk menyelesaikan sampah warga Desa Tambakrejo. Tapi, nanti juga kami arahkan untuk menerima sampah dari desa-desa sekitar,” papar Nur Mahmudi, kepala Desa Tambakrejo sekaligus pelindung TPST Guna Lestari.

Menyongsong aktifnya TPST yang menunggu alat-alat pengolah sampah, Jumat lalu (28/4) tenaga operator pemilah yang sudah terdaftar berlatih. Padahal, biasanya para pemilah diberi materi tentang jenis dan metode pemilahan sampah setelah TPST aktif. Tetapi, Desa Tambakrejo menginginkan sebaliknya. Menurut pengurus TPST Guna Lestari dan pemerintah Desa Tambakrejo, yang terpenting adalah kecakapan para pemilah. ’’Kalau mau efektif berjalan, nomor satu ya pemilah-pemilah yang pegang TPST itu. Katanggapannya perlu dilatih,” ujar Misbachul Ullum, penasihat TPST Guna Lestari.

Tim Sosialisasi Dinas Kebersihan Lingkungan (Timsos DLHK) Sidoarjo hadir secara full team untuk memberikan pelatihan pemilahan sampah kepada lima pemilah. Mereka adalah Suyono, Sandut Ariyanto, Suwaji Sugiranto, Yatmo, dan Sawili.

Lima pria yang sudah paro baya tersebut tampak antusias. Mereka bersiap sejak pagi untuk mengambili sampah di rumah-rumah warga dengan gerobak. Sampah itu dijadikan objek simulasi untuk pelatihan memilah. Jenis sampahnya lengkap. Mulai plastik, sampah basah, dupleks, sampai residu.

Sampah tersebut dicampur menjadi satu. Marjati, salah seorang anggota Timsos DLHK yang membawahkan wilayah Waru, menjelaskan beraneka jenis sampah. Dia mencontohkan proses pemilahan. Berbekal lima keranjang anyam, Marjati dengan cakap memisahkan sampah-sampah sesuai jenisnya. ’’Ambil sampah yang bisa dijual. Misalnya, plastik, kertas, kardus, sama botol-botol kaca. Nah, sampah basahnya ditinggalkan saja, nanti bisa diuruk,” jelas Marjati.

Kemudian, Sawili dan kawan-kawan langsung mengambil posisi. Mereka mengikuti cara Marjati memilah sampah dengan perlahan-lahan. Setiap pemilah didampingi satu anggota Timsos DLHK supaya makin paham. Jika mereka bingung, para anggota Timsos DLHK langsung membantu. ’’Ini masuk apa?” kata Suyono sembari memegang kemasan berbahan metalizing. ’’Itu residu, harus dibakar karena nggak bisa diolah lagi sementara,” jawab salah seorang anggota Timsos DLHK Siti Muslihah. Sembari berlatih, mereka berdiskusi dengan gayeng.

SUMBER

Tinggalkan komentar